Sunday, October 28, 2007

Soundtrack of Your Life




Imagine life without music. The train station would be so boring. The go-out-from parking space moment would be so empty, and yes, bit scary if I go home at midnite. Sunset would be just yellow light in horizon, night jogging would be more into jail-escaping, sitting alone in coffee shop and watch people pass would more like sitting in coffee shop, coz I'm deadly thirst and I dunno why so many people passing by.

Having a soundtrack of your current moment is amazing. Two hour train ride from London to Portsmouth with music from Passenger and Kings of Convenience feels like romantic gateway, even you are alone. Traffic jam from my office to home in Jakarta feels like a splash of city light, what you have to do, put the John Mayer, Neon. Or even if you try to burn some fat at the gym, you can always put on some beats from Keri Hilson. It's necessary to bring your iPod/iPhone to the gym, (yeah not iPad)... just to make sure that you run away from the never ending approach from Personal Trainer, the gossiping noise from chatty chatty sissies in the lobby or steroid scream from Bulgy-over-protein guys in weight-lifting area.

Having a soundtrack while you doing something, it's like you are the star of the movie. It's like everybody is watching you from cinema. Music gives you added value of your activity. Jerk off is included.

Wednesday, October 17, 2007

Summer in Seoul



Seoul.
Yang gue pikirin pagi ini cuma teh. Dan yang gue lihat di kamar hostel ini cuma ada green tea dengan tulisan hangeul. Lebih baik daripada cari teh di luar, mahal. Masih belum terlintas satupun rencana hari ini. Cuma ada peta wisata kota dan buku lonely planet, dan waktu yang tepat untuk baca, saat buang air besar. Paling nggak ada waktu 10 menit untuk baca sampai semuanya kelar.

Insa-dong
Art gallery di kiri kanan jalan, museum mainan, barang-barang traditional sebagai cinderamata, caucasian yang sibuk berphoto-photo. It's the best place to stay. Gak sehiruk pikuk Myong-dong yang kiri kanan penuh dengan orang bejubel jubel. It's summer, so the whole city is damn humid. Setelah mondar mandir sekitar kota kok gue notice simbol love hotel alias hotel jam-jam-an. Kok rasanya pernah lihat simbol itu... tapi dimana ya??

Pas pulang ke Insa-dong balik ke hostel gue.. damn.. itu simbol gede banget di depan resepsionisnya. Semoga sepreinya mereka bersihin.


Han River.
Hari berikutnya nekad nyewa sepeda muter muter sekitar Han River. Gak banyak yang bisa dilihat, selain kakek kakek dan nenek nenek berteduh dan piknik. Ah gak terlalu berkesan Seoul ini.




Bad Day


Seberapa sering kita ingat akan kesialan kita dalam satu hari? Kehilangan dompet, cellphone, mobil ketabrak, kacamata keinjak, atau hal-hal kecil seperti kehilangan karcis parkir. Walaupun cuma bayar Rp.20.ooo cuma rasanya nggak rela aja kan? Sebarapa sering kita wondering kenapa hari ini sial? Apa cuma karena ceroboh? Dan seberepa sering juga kita mengumpat karena kejadian tadi? Pernah gak nyalahin diri sendiri atau menuding diri kita "mungkin karena kita jarang bersedekah..." Pasti pernah. Dan at the end of the day kita ngomong gini "Hari yang aneh.. jangan-jangan gue dikerjain Uya..."

Coba deh lihat kiri kanan jangan-jangan beneran ada kamera. Kalau nggak ada anggep aja besok mungkin mau menang lotre gila gilaan.

Sunday, August 5, 2007

Life is Waiting



I'm waiting for my paycheque. Monthly paycheque. While waiting for it, I put myself in difficult situation, doing something that I don't like anymore. Oh yeah this job is so irritating. The initial brief from Account people is so exciting, but doing it, getting through thousand revisions and till finally you see your work (that is not 100% original anymore) at the news paper, next day, is so painful.

I'm sure there are another stories that wait for me outside this building. Story of one man who try to strive in big cities, chasing never ending possibilities, doing what he likes and finally settle down, or maybe not. Or maybe, at the end of the day, end up in this kind of situation. Again.
I don't know. But it's worth to try. Otherwise I would not know. But I know for sure, Life is Waiting out there. Cheers, I'm preparing my resignation letter now.


Thursday, August 2, 2007

Comfort Zone


Nggak terhitung banyaknya jumlah job hoppers di Jakarta. Pindah dari satu agency ke agency lain, dari bank satu ke bank lain, atau dari lokalisasi satu ke lokalisasi lainnya.. Banyak. Sebenarnya apa yang dicari para job hopper tadi? Tawaran gaji yang naik terus setiap mereka pindah? Atau benefit-benefit lain seperti insurance yang unlimited atau bahkan housing loan? Atau outing ke luar setiap tahun? Apa semua pekerjaan itu harus dihitung dari jumlah angka-angka tadi?

Mungkin nggak semua orang berpikir seperti yang tadi. Sebagian job hoppers ada yang bener-bener pure ngerasa bosan dengan tempat kerja lama mereka. Alasannya bosannya macem-macem. Ada yang berpangkal dari kerjaan yang nggak challenging, itu-itu aja setiap hari. Ada juga yang ngerasa suasana kantornya bikin mereka 'tumpul'. Bahkan ada juga yang beralasan tempat makannya itu-itu aja.

Hal bagus dari seringnya pindah kantor, jenjang karir pasti lebih cepat. Iya dong. Mana ada orang yang pindah kantor untuk di posisikan di jabatan yang lebih rendah kecuali kalau soal gaji. Dan positifnya banyak hal baru yang challenging. Banyak hal baru yang bisa di pelajari juga. Tapi kredibiltas dan loyalitas para job hoppers perlu dipertanyakan. Apa sebab dia keluar dari perusahaan tempat dia bekerja sebelumnya. Kalau ternyata memang pattern, wah bisa-bisa hrd kantor kerepotan, 6 bulan setelah dia masuk mesti siap-siap cari pengganti. Yang ini malah bikin repot orang-orang.

Dan lain lagi kasusnya dengan orang-orang yang bertahan stay di suatu kantor untuk jangka waktu yang belasan tahun. Mereka ngelakuin hal yang sama setiap hari, duduk di tempat yang sama setiap hari dan ngerasa nyaman banget dengan kondisi mereka. Mereka tipe orang-orang yang cari aman. Cari aman dari kondisi di luar kantor yang sebenarnya susah untuk cari kerjaan baru. Cari aman dari kebijakan kantor lain yang mungkin punya kebijakan yang beda. Kalau dilihat dari kualitas orang-orang kayak gini, orang yang gak merasa dirinya tertantang untuk ngelakuin hal-hal baru berarti mereka orang yang nggak mau belajar. Dan seumur hidup, mereka akan bertahan dengan kualitas yang sama. Jadi orang yang terlalu nyaman dengan comfort zone nya adalah mereka yang mediocre. Mereka yang nggak mau maju. Bukan berarti salah juga sih orang yang seperti ini. Untuk urusan kantor yang dari tahun ke tahun ini aja sih mereka adalah orang yang tepat. Tapi untuk perusahaan yang ingin maju dimana setiap bagiannya orang-orang kayak gini yang jadi penghambat. Dan nggak ada jenjang karir untuk mereka.

Kenapa nggak kita, yang walaupun punya comfort zone sendiri, coba keluar sebentar dari comfort zone tadi. Coba hal baru. Lakuin project luar kantor (kalau seandainya urusan kantor yang bikin bosan). Renovasi rumah. Travel! Kalau nggak libatin diri dengan project-project sosial atau ikut quiz, di internet, tv, radio kek... Atau kalau mau gila lagi. Resign dari kantor! Well yang terakhir nggak di recommend kalau belom pasti sih.

Ada baiknya juga punya comfort zone, tapi sesekali keluar dari lingkaran nyaman ini juga perlu. Untuk tahu kualitas diri kita. Dan harus tahu jalan pulang balik nya.

Wednesday, August 1, 2007

Mind Travel


Alam pikiran itu luas. Dan luasnya tergantung dengan imajinasi kita. Buat gue, tenggelam dalam pikiran itu luar biasa. Masuk ke dalam setiap memori yang pernah terekam di otak, memainkan ulang kembali, dan sedikit membumbuinya dengan berbagai macam imajinasi jadi sebuah mind-blowing experience. Suatu kali saat pulang kerja, diantara macetnya senja dan himpitan gedung, lagi-lagi gue tenggelam dalam pikiran. Membayangkan naik vespa di antara jalanan oberoi, berdua, sambil menunggu sunset. Suara angin pelan-pelan terdengar di balik earphone iPod, Crush into Me, Dave Matthews band. Kemudian sedetik kemudian pindah ke jalan shinjuku, autumn wind, tersesat dalam ucapan-ucapan yang gak gue ngerti, udara malam yang dingin dan sebuah peta kecil di tangan. Sedetik kemudian pindah lagi di sebuah public space di raffles place, berteman dengan yoghurt dan sandwich mexican roast chicken, dan pisang. Ngobrol berdua, sambil ngelihatin manusia yang lalu lalang, one of the best place to chit chat till' the last train come.

Tin tin!! Bunyi klakson. Shit, lagi enak-enaknya. Ternyata balik lagi ke Jakarta yang senja hari, yang macet dan penuh polusi dan polisi. Polisi cepe yang asik asik minta ribuan, dan polisi lalu lintas yang malak puluhan ribu. Well.. kapan aja gue butuh kabur dari Jakarta, segampang gue mind traveling.

Monday, July 16, 2007

Synergy of The Universe


Pernah dengar gak apapun yang ada di semesta ini sebenarnya saling berhubungan, bahwa sebenarnya isi semesta adalah titik-titik dots yang berserakan di sebuah kanvas besar, dan kalau kita lihat dan kita sambung ternyata membentuk sebuah gambar, seperti di buku TK dan playgroup. Gue jadi inget temen gue dulu yang nggak naik kelas 1 sd, gara-gara nyambungin titik titik di soalan essay ujiannya.

Anyway. Pernah denger nggak soal air yang kalo kita kasih energi positif di airnya, molekul airnya juga berubah jadi bagus. Ini sih menurut temen gue yang baca buku The Power of Water. Begitu juga sebaliknya. Make sense. Dan ngejelasin juga secara logic orang yang ngedoain air untuk kesembuhan. Karena air diberi energi yang positif itu tadi, maka air akan mengandung energi kesembuhan.

Memang omongan gue tadi agak lompat-lompat dan berserakan. Ini teori yang beberapa hari lalu gue pikirin dan di benarkan oleh seorang teman yang baru aja ikutan training di kantornya. Bahwa kalau kita punya keinginan akan sesuatu, kita teriakin, say it out loud to people. Dengan begitu mind set kita akan termotivasi untuk dapatin yang kita inginkan karena udah terlanjur ngomong ke orang-orang. Dan berusaha mungkin untuk dapatin keinginan itu sedaya upaya mungkin. Nah ketika will nya gede banget dan kita beraharap dengan berdoa, terus termotivasi, dan semua daya upaya kita, maka semesta akan bersatu dan mengupayakan itu terjadi, tentunya selain diri kita sendiri yang gak berhenti berusaha. Sama halnya saat kita berikan energi positif ke air, maka air pun akan mengandung energi yang positif. Energi hope dan will tadi akan menyatu dan berbalik ke kita lagi. dan somehow, it will happen.

Berarti semesta akan bersinergi saat energi-energi baik itu positif dan negatif dilepaskan, dan sebagai bagian dari semesta, kita pun juga akan terkena pengaruh sinergi tadi. Entah itu dampak positif atau negatif, akan berbalik ke kita. It's just like karma.