Tuesday, July 22, 2014

Latihan Kalah


Gue inget waktu TK sampai SD kelas 3 dulu suka main dengan saudara seumuran dan tetangga rumah. Main kartu, petak umpet, patok lele, main bola, main benteng dan lain lain.

Memang sewaktu kecil dulu gue sangat emosional namun sering merasa tidak berdaya karena saudara saudara gue lebih tua dan begitu juga tetangga sekitar rumah. Rasanya dulu waktu kecil sulit sekali menerima kekalahan setiap main. Selalu suka ngambek dan manja. Setiap main kalah pasti minta diulang. Memang gue nya bolot dan emang ga jago, juga selalu kalah. Kalau sudah beberapa kali kalah bubarlah semuanya karena gue akan mengamuk habis habisan setelah mencoba dan minta permainannya diulang lagi berkali kali.

Well that was me many years ago, when I was little boy. Mungkin sekarang lebih biasa menghadapi kekalahan. Dari kalah lari bareng temen di senayan,
tidak diterima kerja padahal sudah excited nya setengah mati, tugas akhir yang direject pada saat s2 kemarin sehingga mesti ulang lagi researchnya, sampai pitching new business yang udah still yakin tapi eh kalah juga.

Rasanya bertahun-tahun kita diajarkan untuk terbiasa kalah dan menyikapi kalah secara normal. Karena setiap aspek hidup kita itu kita berkompetisi. Entah dengan orang lain atau diri kita sendiri.

Memang menit menit pertama menerima berita kekalahan itu seperti kejatuhan lemari besi dari langit. Tapi menit-menit itu yang menentukan karakter kita. Mau marah-marah menyalahkan semua orang kemudian ngamuk gak ada juntrungannya atau justru mengambil sikap sportif menerima kekalahan. Karena ngerinya saat kita sudah ngamuk dan beberapa jam kemudian kita menyadari bahwa yang barusan itu sangat memalukan. Dan kekanak-kanakan. Kita sudah nggak di TK lagi dan sudah punya urat malu. Sebelum berani ikut kompetisi apapun, saran saya terbiasa kalah dulu. Latihan kalah kemudian baru mengerti yang namanya mengalah dan menerima kemenangan orang lain.

No comments: